|
Tim Kerja |
A. Definisi Tim Kerja
Tim merupakan kumpulan dari beberapa orang yang
bekerja sama secara solid yang terlihat oleh system dalam rangka mencapai
tujuan organisasi.
B. Mengapa Dibentuk Tim :
-
Menyelesaikan pekerjaan agar lebih mudah dan cepat
-
Saling bekerja sama
-
Menciptakan rasa aman
-
Diakui status (pengakuan)
-
Interaksi dan Afiliasi
-
Kekuasaan
-
Menciptakan lingkungan kekeluargaan
|
Tahapan Pembentukan Kelompok |
C. Tahap-Tahap
Pembentukan Kelompok
Dalam
suatu organisasi ataupun perusahaan, selain terdapat Struktur Organisasi yang
formal, diperlukan juga membentuk kelompok kerja dalam menyelesaikan suatu
permasalahan yang sedang dihadapinya ataupun mengerjakan suatu proyek khusus.
Anggota dari kelompok kerja tersebut dapat berasal dari satu departemen itu
sendiri maupun berasal dari beberapa departemen (antar departemen). Dalam
pembentukan kelompok atau Tim, terdapat tahap-tahap yang harus dilewatinya
hingga akhirnya mencapai tujuan dari pembentukan kelompok ataupun Tim tersebut.
Tahap-tahap
Perkembangan Kelompok yang dimaksud tersebut pertama kali diperkenalkan oleh
Bruce Tuckman pada tahun 1965. Menurut Bruce Tuckman, Terdapat 4 Tahapan dalam
perkembangan Kelompok yaitu Forming (Pembentukan), Storming (Timbulnya
Konflik), Norming (Normalisasi) dan Performing (berkinerja). Kemudian pada
tahun 1977, Bruce Tuckman beserta Mary Ann Jensen menambahkan Adjourning
(Pembubaran) pada tahap setelah Performing hingga menjadi 5 Tahap Perkembangan
Kelompok.
·
5 Tahap Pembentukan Kelompok
Berikut
ini adalah penjelasan singkat mengenai 5 (lima) Tahap Perkembangan Kelompok
yang dimaksud oleh Bruce Tuckman :
- Tahap Pembentukan (Forming)
Tahap
ini merupakan tahap pertama dalam pembentukan kelompok kerja, para anggota
mulai mempelajari tugas yang diberikan dan berkenalan dengan anggota lainnya.
Tahap Forming ini dikarakteristikkan oleh banyaknya ketidakpastian, para
anggota kelompok masih tidak terlalu jelas mengenai tujuan dan objective
kelompok, merasa kebingungan, masih menyembunyikan perasaan masing-masing,
keterlibatannya masih kurang.
- Tahap timbulnya Konflik (Storming)
Tahap
kedua adalah Tahap timbulnya konflik yang menurut Tuckmen disebut dengan
Storming. Para anggota mulai bekerja tetapi mereka cenderung akan
mempertahankan pendapat mereka sendiri, menolak batasan-batasan yang ditetapkan
oleh Kelompok terhadap Individu mereka. Tahap Storming ini
dikarakteristikan oleh konflik Intra Kelompok. Beberapa tanda-tanda bahwa
Kelompok berada di Tahap Storming adalah timbulnya kemarahan, perasaan
menyebalkan, ketidaknyamanan, terjadinya adu pendapat/konflik dan kegagalan.
- Tahap Normalisasi (Norming)
Tahap
ketiga adalah Tahap Normalisasi (Norming) yaitu Tahap terbentuk hubungan yang
dekat antar anggota kelompok dan menetapkan aturan-aturan serta menemukan cara
komunikasi yang tepat supaya dapat membantu mereka mencapai tujuan yang
diinginkan. Tanda-tanda Kelompok berada di Tahap Norming adalah adanya
peninjauan ulang dan penjelasan mengenai Objective/Tujuan Kelompok, timbulnya
persahabatan dan kerjasama antar anggota kelompok, mulai dapat mendengar
pendapat anggota lain serta dapat mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan.
- Tahap berkinerja (Performing)
Tahap
keempat adalah Tahap berkinerja (Performing) dimana semua anggota kelompok
telah dapat bekerja dan berfungsi secara penuh. Pada tahap ini, semua anggota
memiliki kebersamaan, Percaya diri, kreatif, Inisiatif dan semangat yang tinggi
serta Sukses.
- Tahap Pembubaran (Adjourning)
Tahap
ini dikhususkan untuk kelompok-kelompok kerja yang bersifat sementara. Setelah
suatu proyek selesai ataupun suatu permasalahan berhasil dituntaskan, kelompok
kerja tersebut akan dibubarkan.
Keunggulan
dari teori ini adalah menjadi suatu pedoman dalam pembentukan suatu kelompok. Sementara
itu keterbatasannya antara lain:
-
Model ini didesain untuk menjelaskan
tahap-tahap yang terjadi pada kelompok dengan ukuran kecil.
- Pada kenyataannya, proses kelompok tidak
linear seperti penjelasan pada teori Tuckman, namun lebih bersifat siklus.
- Karakteristik tiap tahap tidak selalu
seperti itu. Karena model ini berkaitan dengan perilaku manusia, maka kadang
tidak jelas ketika sebuah kelompok berpindah dari satu tahap ke tahap lainnya.
Mungkin saja terjadi tumpang tindih antar tahap tersebut.
-
Model ini tidak memperhitungkan peranan
yang harus diambil individu dalam kelompok.
-
Tidak ada pedoman mengenai jangka waktu
mengenai perpindahan dari satu tahap ke tahap lainnya.
D.
Pengertian
dan Karakteristik Kelompok
Sebagai makhluk sosial, manusia cenderung hidup dengan
cara berkelompok. Berbagai kelompok manusia bisa ditemukan di atas permukaan
bumi ini. Dasar pandangan dalam membentuk kelompok itu sendiri bisa berdasarkan
dari berbagai macam hal. Mulai dari kelompok orang yang mempunyai hobi yang sama,
aktivitas yang sama, sampai kelompok orang yang berasal dari suatu daerah yang
sama. Kelompok adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang berinteraksi dan
mereka saling bergantung (interdependent) dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
tujuan bersama, meyebabkan satu sama lain saling mempengaruhi
(Cartwright&Zander, 1968; Lewin, 1948).
Karakteristik
Kelompok (Sorsyth, 1979), yaitu:
1.
Interaksi → Fisik, verbal, nonverbal, emosional
2.
Struktur → Pola hubungan yang stabil diantara anggota
-
Role yang telah diharapkan dan seseorang yang telah menduduki
-
Norma : Aturan yang mengidentifikasi atau mendeskripsikan perilaku yang tepat
-
Relasi antar anggota
3.
Tujuan
-
Intrinsik
-
Ekstrinsik (tujuan bersama) :
a.
Faktor pemersatu paling kuat (ex: olah raga)
b.
Memotivasi perilaku tertentu sehingga tujuan tercapai
4.
Groupness → entitavity (kesatuan) : Tingkat dimana kesatuan kekuatan tunggal
menyatu
5.
Ketergantungan Dinamis
E.
Beberapa
Masalah Utama Dinamika TIM KERJA
a. Pembagian
Peran Kepemimpinan
Agar suatu tim menjadi efektif suatu tim diharapkan
terdiri dari orang-orang yang ditempatkan pada posisi yang benar-benar sesuai
dengan kompetensinya. Suatu kelompok harus mempunyai :
1. Seorang pemimpin (ketua), yaitu seorang pemikir yang
disiplin bertugas mengkoordinir tim, memelihara keseimbangan usaha, dan mencadi
titik tumpu tim dalam menjaga posisi mereka.
2.
Seorang pembentuk, orang yang memiliki kemampuan
untuk memberikan dinamika dan pengarahan kepada tim. Menyediakan motivasi dan
kreatifitas.
3.
Seorang pemikir, yang dapat menyediakan gagasan bagi
kemajuan tim.
4.
Seorang pengevaluasi, yang dapat mengevaluasi
permasalahan yang ada dan hasil kerja tim.
5.
Seorang penyelidik sumberdaya, yang menyediakan
informasi dan jejaring sosial serta relasi.
b. Pengambilan
Keputusan dan Pemecah Masalah
Pengambilan keputusan dan pemecah masalah biasanya
merupakaninti dari tugas atau misi kelompok. Pengambilan keputusan kelompok di
dalam praktek biasanya lebih banyak sulitnya dari pada mudahnya.
c. Komunikasi
Kelompok merupakan kumpulan dari para individu yang berinteraksi satu
sama lain sehingga masalah komunikasi memegang peran sentral.
d. Konflik
Dalam Tim
Perbedaan kepentingan dan harapan-harapan yang ada
di dalam kelompok boleh jadi tidak dihindari. Hal ini berpotensi menjadi
konflik sehingga sasaran yang ditetapkan gagal dicapai atau bahkan memecah
belahkan kelompok itu sendiri.
F. Teamwork
Setiap individu bergantung pada
sesama individu untuk bekerja sama dan kontribusi yang efisien bagi organisasi.
Tidak ada individu dapat bekerja sendiri, ia membutuhkan bantuan rekan-rekannya
untuk menyelesaikan tugas secara efisien. penelitian menunjukkan bahwa hasil
pekerjaan menjadi jauh lebih baik ketika individu bekerja dalam sebuah tim
bukan secara individual karena setiap individu dapat berkontribusi dalam cara
terbaik pada masing-masing potensinya. Dalam organisasi, individu yang memiliki
minat dan spesialisasi yang sama datang bersama-sama pada platform yang sama
dan membentuk teamwork.
beberapa
kelebihan teamwork yaitu :
1.
Delegasi
Sebuah
tim yang bekerja sama dengan baik memahami kekuatan dan kelemahan dari setiap
anggota tim. Salah satu manfaat dari kerja sama tim yang kuat di tempat kerja
adalah bahwa pemimpin tim dan anggota menjadi mahir dalam membagi tugas
sehingga pembagian tugas didasarkan pada orang-orang yang paling memenuhi
syarat. Tanpa kerja sama tim yang kuat, sulit bagi manajer dan eksekutif untuk menentukan
anggota staf yang terbaik dapat menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan.
2.
Efisiensi
Kelompok
kerja dan tim mengembangkan sistem yang memungkinkan mereka untuk menyelesaikan
tugas secara efisien dan cepat. Ketika tugas diserahkan kepada tim terlatih dan
efisien, kecepatan kerja tim menjamin bahwa tugas tersebut akan selesai dengan
cepat dan akurat. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk mengambil lebih banyak
pekerjaan dan menghasilkan lebih banyak pendapatan tanpa harus menambah lebih
banyak staf. Hal ini menjadi bermanfaat ketika tim yang efisien dari berbagai
departemen bekerja sama. Setiap tim sangat menyadari kemampuan sendiri dan
kelompok dapat bekerja sama secara efektif, jauh dibandingkan apabila dilakukan
oleh kelompok yang tidak terbiasa bekerja sama.
3.
Ide
Tim
di tempat kerja sering bertemu untuk membahas bagaimana mengatasi masalah
perusahaan. Ketika sebuah tim bekerja sama dengan baik, memungkinkan anggota
staf untuk merasa lebih nyaman dalam menawarkan saran. Anggota tim terbiasa
memproses informasi, yang dibahas dengan ide-ide kreatif, dan memberikan banyak
manfaat bagi perusahaan dari berbagai saran yang datang dari tim yang efektif.
4. Dukungan
Ada
tantangan bagi setiap orang di tempat kerja manapun, dan lingkungan tim yang
kuat dapat bertindak sebagai mekanisme dukungan untuk anggota staf. Anggota
kelompok kerja dapat saling membantu meningkatkan kinerja mereka dan bekerja
sama untuk meningkatkan profesionalitas mereka. Anggota tim juga bisa saling
mengandalkan satu sama lain dan memiliki rasa saling percaya. Ikatan seperti
ini terasa penting ketika tim menghadapi tantangan yang sangat sulit atau jika
grup tersebut dipaksa untuk berurusan dengan hilangnya anggota tim, saat masih
harus tetap berusaha untuk mempertahankan produktivitas.
G.
Implikasi
Manajerial
Dalam kamus besar bahasa Indonesia
implikasi mempunya arti yaitu akibat.kata implikasi sendiri dapat merujuk ke
beberapa aspek salah satu aspek yang akan saya bahas kali ini implikasi
manajerial.
Dalam manajemen sendiri terdapat 2 implikasi yaitu :
1. Implikasi procedural
meliputi tata cara analisis, pilihan
representasi, perencanaan kerja dan
formulasi kebijakan
2. Implikasi kebijakan meliputi sifat
substantif, perkiraan ke depan dan
perumusan tindakan.
Jadi implikasi manajerial memiliki
arti Proses Pengambilan Keputusan Partisipatif dalam Organisasi manajerial yang
baik.
Teori Managerial Grid, Teori ini
dikemukakan oleh Robert K. Blake dan Jane S. Mouton yang membedakan dua dimensi
dalam kepemimpinan, yaitu “concern for people” dan “concern for production”.
Pada dasarnya teori managerial grid
ini mengenal lima gaya kepemimpinan yang didasarkan atas dua aspek tersebut,
yaitu :
1. Improvised artinya pemimpin menggunakan usaha yang paling
sedikit untuk menyelesaikan tugas tertentu dan hal ini dianggap cukup untuk
mempertahankan organisasi.
2. Country Club artinya kepemimpinann didasarkan kepada
hubungan informal antara individu artinya perhatian akan kebutuhan individu
dengan persahabatan dan menimbulkan suasana organisasi dan tempo kerja yang
nyaman dan ramah.
3. Team yaitu kepemimpinan yang didasarkan bahwa
keberhasilan suatu organisasi tergantung kepada hasil kerja sejumlah individu
yang penuh dengan pengabdian dan komitmen. Dasar dari kepemimpinan kelompok ini
adalah kepercayaan dan penghargaan.
4. Task artinya pemimpin memandang efisiensi kerja sebagai
faktor utama keberhasilan organisasi. Penampilan terletak pada penampilan
individu dalam organisasi.
5. Middle Road
artinya kepemimpinan yang menekankan pada tingkat
keseimbangan antara tugas
dan hubungan manusiawi , dengan kata lain kinerja organisasi yang mencukupi.